Archive for the ‘Penyakit Dalam’ Category

Berdasarkan pertemuan komisi ahli malaria (KOMLI) strategi pengobatan malaria secara nasional telah direkomendasikan untuk dirubah. Hal ini disebabkan sudah lebih dari 25 % preopinsi di Indonesia telah terjadi multiresistensi terhadap obat standard yang cukup tinggi. Perubahan mendasar ini sesuai dengan rekomendasi dari WHO untuk secara global di dunia telah menggunakan obat golongan artemisinin yang di kombinasikan dengan obat lain.  Pengobatan tersebut disebut  Artemisinin base Combination Therapy ( ACT ) (more…)

Aliran darah ginjal total (RBF) dapat berkurang sampai 30% dari normal pada GGA oliguria. Tingkat RBF ini dapat disertai GFR yang cukup besar. Pada kenyataannya, RBF pada GGK sering sama rendahnya atau bahkan lebih rendah dibandingkan dengan bentuk akut, tetapi fungsi ginjal masih memadai atau berkurang. Selain itu, bukti-bukti percobaan menunjukkan bahwa RBF harus kurang dari 5% sebelum terjadi kerusakan parenkim ginjal. Dengan demikian hipoperfusi ginjal saja tidak bertanggung jawab terhadap besar penurunan GFR dan lesi-lesi tubulus yang ditemukan pada GGA. (more…)

Demam

Posted: February 24, 2011 in Penyakit Dalam, science
Tags: ,

Penatalaksanaan Demam

Di RS Tk.III Iskandar Muda

No. Dokumen No. Revisi Halaman1/2
Prosedur 

Tetap

Tanggal Terbit KEPALA RUMAH SAKIT TK.III ISKANDAR MUDA 

LETNAN KOLONEL CKM

NRP 1910000330460

Pengertian

Adalah adalah suatu keadaan dimana didapatkan kenaikan suhu tubuh lebih dari 37,2 oC diukur secara oral/aksilar.

Tujuan

1.      Menurunkan demam.2.      Melacak penyebab demam. 

3.      Penatalaksanaan sesuai dengan penyebab demam.

4.      Mencegah  agar demam tidak  berkepanjangan dan menjadi sepsis

Kebijakan

1.      Pasien dengan suhu  > 38,50 C dan atau pasien merasa tak nyaman dapat diberi obat simptomatik2.      Jika suhu > 410C harus diturunkan segera. 

3.      Melacak penyebab demam, sesuai SPM masing-masing penyakit.

4.      Bila penyebabnya dicurigai jamur/bakteri, harus dilakukan kultur dan sensitivitas.

5.      Memberikan antibiotik empirik sesuai fokus infeksinya, dan segera disesuaikan dengan hasil kultur dan sensitivitas

Prosedur

A. Terapi KausatifJika ditemukan kausa spesifik, atasi dengan obat terpilihnya 

B. Simptomatik:

1.      Bila pasien dirawat, ruangan  ventilasi cukup sejuk

2.      Kalau perlu buka baju pasien, kemudian basahi tubuh pasien dengan air (suhu kamar, bukan air es/dingin) dan biarkan menguap dengan sendirinya, atau mandi dengan air suhu 37oC untuk beberapa menit.

Demam Berdarah Dengue

Tanpa Perdarahan Masif Dan Tanpa Syok

Di RS Tk.III Iskandar Muda

No. Dokumen No. Revisi 

1

Halaman 

1/3

Prosedur 

Tetap

Tanggal Terbit KEPALA RUMAH SAKIT TK.III ISKANDAR MUDA 

LETNAN KOLONEL CKM

NRP 1910000330460

Pengertian

Demam Berdarah Dengue yang tanpa disertai komplikasi syok maupun perdarahan.

Tujuan

1.      Melakukan rehidrasi 

2.      Mencegah terjadinya sindroma syok dengue

Kebijakan

1.      Memberikan rehidrasi yang adekuat 

2.      Melakukan pemantauan  klinis sesuai derajat penyakit

Prosedur

1.      Menimbang berat badan 

2.      Mengukur suhu, nadi, tensi dan Rumpel Leede.

3.      Menulis di kurve list penderita

4.      Mengawasi dan segera lapor bila penderita mengalami perdarahan spontan

5.      Menyiapkan penderita untuk pemeriksaan darah : Hb,Hmt, AT sesuai keperluan

6.      Menyiapkan infus dan berikan sesuai keperluan

7.      Mengambil darah untuk pemeriksaan serologi

Penatalaksanaan :

1.      Cairan yang diberikan : RL (cairan lain yang boleh diberikan : ringer asetat, D5% dalam NaCl 0,45%, D5% dalam normal salin atau NaCl 0,9%) :

a.      3000 cc/24 jam pada pasien dengan BB 50-70 kg

b.     2000 cc/24 jam pada pasien dengan BB < 50 kg

c.      4000 cc/24 jam pada pasien dengan BB >70 kg

d.     diperhitungkan kembali pada : kehamilan, pasien dengan kelainan jantung/ginjal dan usia lanjut

I PENDAHULUAN DIC

dapat terjadi hampir pada semua orang tanpa perbedaan ras, jenis kelamin, serta usia. Gejala-gejala DIC umumnya sangat terkait dengan penyakit yang mendasarinya, ditambah gejala tambahan akibat trombosis, emboli, disfungsi organ, dan perdarahan.1 Koagulasi intravaskular diseminata atau lebih populer dengan istilah aslinya, Disseminated Intravascular Coagulation (DIC) merupakan diagnosis kompleks yang melibatkan komponen pembekuan darah akibat penyakit lain yang mendahuluinya. Keadaan ini menyebabkan perdarahan secara menyeluruh dengan koagulopati konsumtif yang parah. Banyak penyakit dengan beraneka penyebab dapat menyebabkan DIC, namun bisa dipastikan penyakit yang berakhir dengan DIC akan memiliki prognosis malam. Meski DIC merupakan keadaan yang harus dihindari, pengenalan tanda dan gejala berikut penatalaksanaannya menjadi hal mutlak yang tak hanya harus dikuasai oleh hematolog, namun hampir semua dokter dari berbagai disiplin.1 DIC merupakan kelainan perdarahan yang mengancam nyawa, terutama disebabkan oleh kelainan obstetrik, keganasan metastasis, trauma masif, serta sepsis bakterial. Terjadinya DIC dipicu oleh trauma atau jaringan nekrotik yang akan melepaskan faktor-faktor pembekuan darah. Endotoksin dari bakteri gram negatif akan mengaktivasi beberapa langkah pembekuan darah. Endotoksin ini pula yang akan memicu pelepasan faktor pembekuan darah dari sel-sel mononuklear dan endotel. Sel yang teraktivasi ini akan memicu terjadinya koagulasi yang berpotensi menimbulkan trombi dan emboli pada mikrovaskular. Fase awal DIC ini akan diikuti fase consumptive coagulopathy dan secondary fibrinolysis. Pembentukan fibrin yang terus menerus disertai jumlah trombosit yang terus menurun menyebabkan perdarahan dan terjadi efek antihemostatik dari produk degradasi fibrin. Pasien akan mudah berdarah di mukosa, tempat masuk jarum suntik/infus, tempat masuk kateter, atau insisi bedah. Akan terjadi akrosianosis, trombosis, dan perubahan pregangren pada jari, genital, dan hidung akibat turunnya pasokan darah karena vasospasme atau mikrotrombi. Pada pemeriksaan lab akan ditemui trombositopenia, PT dan aPTT yang memanjang, penurunan fibrinogen bebas dibarengi peningkatan produk degradasi fibrin, seperti D-dimer.2 (more…)