Berdasarkan pertemuan komisi ahli malaria (KOMLI) strategi pengobatan malaria secara nasional telah direkomendasikan untuk dirubah. Hal ini disebabkan sudah lebih dari 25 % preopinsi di Indonesia telah terjadi multiresistensi terhadap obat standard yang cukup tinggi. Perubahan mendasar ini sesuai dengan rekomendasi dari WHO untuk secara global di dunia telah menggunakan obat golongan artemisinin yang di kombinasikan dengan obat lain. Pengobatan tersebut disebut Artemisinin base Combination Therapy ( ACT ) (more…)
Archive for the ‘Penyakit Dalam’ Category
Malaria – Therapy Only –
Posted: March 3, 2011 in Penyakit DalamTags: Amodiaquine, Artesunate, Dosis Obat Malaria, Kina, Klorokuin, Malaria, Obat malaria, Primakuin, Terapi malaria
PATOFISIOLOGI GAGAL GINJAL AKUT
Posted: February 25, 2011 in Penyakit DalamTags: Gagal ginjal, GGA, Renal Failure
Aliran darah ginjal total (RBF) dapat berkurang sampai 30% dari normal pada GGA oliguria. Tingkat RBF ini dapat disertai GFR yang cukup besar. Pada kenyataannya, RBF pada GGK sering sama rendahnya atau bahkan lebih rendah dibandingkan dengan bentuk akut, tetapi fungsi ginjal masih memadai atau berkurang. Selain itu, bukti-bukti percobaan menunjukkan bahwa RBF harus kurang dari 5% sebelum terjadi kerusakan parenkim ginjal. Dengan demikian hipoperfusi ginjal saja tidak bertanggung jawab terhadap besar penurunan GFR dan lesi-lesi tubulus yang ditemukan pada GGA. (more…)
Demam Berdarah Dengue Tanpa Perdarahan Masif Dan Tanpa Syok
Posted: February 24, 2011 in Penyakit DalamTags: DBD, Demam Berdarah SOP, DHF
DIC (Disseminated Intravascular Coagulation)
Posted: November 14, 2009 in Penyakit Dalam, scienceTags: D-dimmer, Disseminated Intravascular Coagulation (DIC), Fibrinogen, Trombositopenia
I PENDAHULUAN DIC
dapat terjadi hampir pada semua orang tanpa perbedaan ras, jenis kelamin, serta usia. Gejala-gejala DIC umumnya sangat terkait dengan penyakit yang mendasarinya, ditambah gejala tambahan akibat trombosis, emboli, disfungsi organ, dan perdarahan.1 Koagulasi intravaskular diseminata atau lebih populer dengan istilah aslinya, Disseminated Intravascular Coagulation (DIC) merupakan diagnosis kompleks yang melibatkan komponen pembekuan darah akibat penyakit lain yang mendahuluinya. Keadaan ini menyebabkan perdarahan secara menyeluruh dengan koagulopati konsumtif yang parah. Banyak penyakit dengan beraneka penyebab dapat menyebabkan DIC, namun bisa dipastikan penyakit yang berakhir dengan DIC akan memiliki prognosis malam. Meski DIC merupakan keadaan yang harus dihindari, pengenalan tanda dan gejala berikut penatalaksanaannya menjadi hal mutlak yang tak hanya harus dikuasai oleh hematolog, namun hampir semua dokter dari berbagai disiplin.1 DIC merupakan kelainan perdarahan yang mengancam nyawa, terutama disebabkan oleh kelainan obstetrik, keganasan metastasis, trauma masif, serta sepsis bakterial. Terjadinya DIC dipicu oleh trauma atau jaringan nekrotik yang akan melepaskan faktor-faktor pembekuan darah. Endotoksin dari bakteri gram negatif akan mengaktivasi beberapa langkah pembekuan darah. Endotoksin ini pula yang akan memicu pelepasan faktor pembekuan darah dari sel-sel mononuklear dan endotel. Sel yang teraktivasi ini akan memicu terjadinya koagulasi yang berpotensi menimbulkan trombi dan emboli pada mikrovaskular. Fase awal DIC ini akan diikuti fase consumptive coagulopathy dan secondary fibrinolysis. Pembentukan fibrin yang terus menerus disertai jumlah trombosit yang terus menurun menyebabkan perdarahan dan terjadi efek antihemostatik dari produk degradasi fibrin. Pasien akan mudah berdarah di mukosa, tempat masuk jarum suntik/infus, tempat masuk kateter, atau insisi bedah. Akan terjadi akrosianosis, trombosis, dan perubahan pregangren pada jari, genital, dan hidung akibat turunnya pasokan darah karena vasospasme atau mikrotrombi. Pada pemeriksaan lab akan ditemui trombositopenia, PT dan aPTT yang memanjang, penurunan fibrinogen bebas dibarengi peningkatan produk degradasi fibrin, seperti D-dimer.2 (more…)